Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Majapahit dan Gresik Sebuah Koneksi Tua Dari Zaman Dulu Kala

Gambar
Prasasti Gosari atau Prasasti Butulan   adalah prasasti berangka tahun 1298 saka (1376 M) terletak di gua Butulan, kawasan pegunungan kapur di desa Gosari, Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur. Tidak seperti prasasti pada umumnya yang diukir di atas sebongkah batu, prasasti ini diukirkan di permukaan dinding gua. Penduduk desa di sekitar lokasi ini sebenarnya sudah tahu akan keberadaan prasasti ini sejak lama. Akan tetapi prasasti ini secara resmi dilaporkan ke pihak berwenang pada 2004. Sejak 2005 penelitian telah dilakukan terhadap prasasti ini dan disimpulkan bahwa prasasti ini terkait dengan kerajaan Majapahit dan ditulis pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk. Juga disimpulkan bahwa prasasti ini bercerita mengenai riwayat seorang ksatriya bernama Sang Rama Samadya yang menghuni gua ini karena diasingkan. Sejarawan menduga bahwa tokoh Sang Rama Samadya mungkin sebelumnya adalah seorang ksatriya atau pejabat penting dan berpengaruh di istana Majapahit yang akibat kalah pengaruh dalam p

Isi Kitab Surowiti : Wejangan Spiritual Sunan Kalijaga

Gambar
Telaah Perkamen Kitab Surowiti. Nampaknya ketertarikan terhadap peri-kehidupan Wali Sanga akan lebih banyak diungkap melalui tradisi lesan dibandingkan tradisi tertulis. Hal ini karena eksistensi mereka memang telah melegenda menjadi buah bibir di kalangan masyarakat Jawa. Keberadaan mereka selalu dikaitkan dengan penyebaran Islam di Jawa dengan dibumbui berbagai “keajaiban” yang melekat dalam perjalanan kisahnya.[1]Cerita-cerita lesan ini, sayangnya tidak dibarengi dengan hasil dari tradisi pencatatan yang berimbang dari masa sekitar kehidupan Wali Sanga sendiri. Cerita berbalut mitos itu secara umum baru tumbuh dalam naskah-naskah Jawa maupun tradisi oral yang lebih baru.[2]Meskipun demikian bukan berarti masyarakat Jawa kehilangan seluruh tuntunan dan wejangan (nasehat) keagamaan dari para penyebar Islam di Jawa tersebut. Lontar Ferrara adalah karya tulis yang memuat petuah keagamaan yang diyakini berasal dari Jaman Kawalen[3]tersebut. Naskah ini ditulis di atas daun “Tal” (Lontar)

Hubungan Erat antara Dinasti Giri dan Kesultanan Turki Usmani

Gambar
Jalur Sutra Turki dan Giri Koin Dirham Turki Usmani Misi Walisongo ke Nusantara yang diambil dari sebuah sumber orisinil (Kanzul Hum) yang tersimpan di Museum Istana Turki Istanbul, dimana dicatat dalam sejarah bahwa gerakan Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I, pada tahun 1404 M (808 H). Berdasarkan laporan dari saudagar Gujarat, India, Sultan Muhammad I mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta untuk dikirim beberapa Ulama. Maka setelah dikumpulkan, Sultan Muhammad I mengirim 9 orang yang memiliki kemampuan di berbagai bidang dan juga memahami ilmu agama, untuk diberangkatkan kepulau Jawa pada tahun 1404 M, mereka ini dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli tata negara, berita ini tertulis dalam kitab Kanzul ‘Hum dari Ibn Bathuthah, yang kemudian dilanjutkan oleh Sheikh Maulana Al Maghribi (1) Wali Songo periode pertama, tahun 1404 – 1435 M, terdiri dari: 1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara. 2

Mauludan yang Membebaskan Masjidil Aqsha

Gambar
Muludan adalah tradisi selebrasi kelahiran Nabi Muhammad SAW Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual. Adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi --orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub