Strategi Merdeka dari Utang saat Kelola Uang


Jakarta, Indonesia -- 

Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang diperingati setiap 17 Agustus selalu menjadi kilas balik mengenai momen kemerdekaan Tanah Air. Sebab, peringatan hari jadi ini merupakan penanda lepasnya Indonesia dari para penjajah. 

Namun, momen merdeka sejatinya bukan sekadar sejarah. Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) bisa mewujudkan kemerdekaan di hidup masing-masing, salah satunya merdeka dalam mengelola keuangan sendiri. 

Menurut Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Mohammad Andoko, ada banyak hal yang bisa menjadi tolak ukur dari merdeka di bidang pengelola keuangan pribadi. Mulai dari punya sumber pemasukan yang cukup, belanja yang tidak terlalu besar, arus kas yang stabil, dan lainnya.

Tapi, yang paling penting dalam mengelola keuangan adalah merdeka dari utang. Kenapa utang?

"Dalam memulai pengelolaan keuangan, hal yang paling mendasar adalah financial independent, jadi keuangannya tidak bergantung pada orang lain dan pihak lain, termasuk utang. Jadi sangat perlu merdeka dari utang," ungkap Andoko kepada CNNIndonesia.com, Jumat (14/8). 

Senada, Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning lainnya, Agustina Fitria mengatakan selama masih bisa mengandalkan sumber pemasukan sendiri, maka lebih baik tak perlu berutang. Sebab, ada tagihan pembayaran pokok dan bunga utang yang siap menghantui ketika utang sudah terlanjur diambil.

Selain itu, kebutuhan hidup akan terus meningkat dari waktu ke waktu, sehingga alokasi untuk pengembalian utang bukan tidak mungkin akan bertabrakan dengan kebutuhan harian. "Kadang bayar pokoknya saja sulit, belum lagi bunganya," ucap Agustina. 

Nah, berikut strategi dari Agustina agar bisa merdeka dari utang:

1. Sesuaikan Pemasukan dan Pengeluaran

Tentunya aliran dana yang masuk harus lebih besar dari yang keluar. Sebab, ada dana yang perlu disimpan sebagai dana darurat, tabungan, dan investasi, di luar kebutuhan sehari-hari. 

"Utang biasanya merupakan alat memuaskan keinginan, tapi tidak ada kemampuan. Maka supaya tidak berutang, kenali apa saja sebenarnya kebutuhannya, kalau tidak perlu-perlu sekali, jangan memaksa," kata Agustina. 

Dalam mengelola pemasukan dan pengeluaran, sebisa mungkin hindari godaan dari kebutuhan konsumtif sesaat. Misalnya, keinginan makan di luar dan liburan yang terlalu sering hingga barang-barang mewah yang minim pemanfaatannya. 

2. Siapkan Dana Darurat

Tujuannya untuk memitigasi kejadian-kejadian yang tidak terduga, misalnya seperti saat pandemi covid-19 sekarang. Kebutuhan mungkin meningkat, tapi sumber pendapatan menipis. 

Dengan begitu, sebelum akhirnya lari ke utang, bisa tutup kebutuhan dari dana darurat ini. Begitu pula dengan tabungan dan imbal hasil dari investasi yang memungkinkan untuk dicairkan lebih dulu. 

3. Gali Sumber Pendapatan

Utang biasanya mau tidak mau diambil karena sumber pendapatan tidak mencukupi kebutuhan belanja, maka bisa juga dicegah dengan mencari sumber pemasukan tambahan. Misalnya, dengan pekerjaan hingga usaha sampingan. 

"Bisa mulai dari hobinya, misal jual beli barang tertentu, reseller, atau kuliner, jadi ada sumber pemasukan tambahan sehingga tidak perlu utang," ujarnya. 

4. Cari Celah Restrukturisasi

Sebelum berutang ke sana-sini akibat tidak bisa bayar cicilan kredit motor, mobil, rumah, misalnya, maka carilah program restrukturisasi dari bank atau lembaga pemberi cicilan. Kebijakan ini sebenarnya ada di setiap bank, sehingga bisa dimanfaatkan. 

Apalagi di tengah pandemi covid-19, pemerintah memang mengimbau bank dan perusahaan pembiayaan untuk memberikan restrukturisasi kredit. 

"Setidaknya bisa memperoleh penundaan cicilan pokok atau bunganya. Jadi tak perlu langsung sibuk cari pinjaman utang baru untuk tutup cicilan ini," jelasnya. 

Ketika Harus Berutang 

Kendati begitu, Andoko bilang berutang sebenarnya tidak haram. Asal sudah sangat mendesak dan kebutuhannya bersifat produktif, misalnya untuk modal usaha hingga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). 

"KPR ini sekarang dianggap utang produktif karena nilai tanah akan meningkat, meski nilai bangunan tidak. Tapi kalau utang konsumtif, seperti kartu kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA), sampai paylater cicilan di e-commerce, sebaiknya dikurangi," jelasnya. 

Berikut tips dari Andoko bilang perlu sekali berutang: 

1. Sesuai Kemampuan

Andoko menyarankan ambillah utang yang sesuai dengan kemampuan. Misalnya, gaji untuk yang bergaji Rp10 juta, maka alokasi utang yang bisa diambil sebaiknya hanya Rp3 juta sampai Rp3,5 juta atau 30-35 persen dari penghasilan. 

Tujuannya, agar masih ada sisa penghasilan untuk penuhi kebutuhan sehari-hari, tabungan, dana darurat, hingga investasi. Dana darurat dan tabungan merupakan hal penting untuk disiapkan, khususnya ketika berada di kondisi tak terduga seperti pandemi covid-19. 

"Sehingga misal tiba-tiba seperti pandemi saat ini, penghasilan turun 50 persen, itu masih ada kemampuan untuk bayar utang, tagihan, cicilan," tutur Andoko. 

2. Bunga Paling Minim 

Carilah sumber utang dengan bunga paling minim. Bahkan, kalau bisa yang tanpa bunga, misalnya pinjam ke orang tua, saudara, sahabat, hingga rekan kerja. 

Tujuannya, agar mengurangi beban pengembalian utang di masa mendatang. Dengan begitu hanya pokok utang saja yang perlu dilunasi. 

"Tapi catatan yang perlu diingat adalah jangan lalai, misal pinjam ke saudara dan sahabat, itu pertaruhannya hubungan, jangan justru tidak bayar karena tidak ada bunga seperti di bank," tuturnya. 

3. Fleksibel

Menurutnya, perjanjian utang sangat perlu dibaca dengan teliti dan carilah utang yang punya fleksibelitas. Misalnya, ketika punya dana lebih untuk melunasi utang dan cicilan lebih cepat, maka tidak ada penalti. 

"Misal bayar cicilan KPR lebih cepat, bisa ditanyakan ke bank, apakah ada penaltinya atau tidak? Jangan sampai niat melunasi utang lebih cepat agar nyaman, justru ada biaya tambahan," pungkasnya. 

4. Sumber Legal

Sebaiknya pilihlah sumber utang dari pihak atau lembaga yang terpercaya. Misalnya, yang sudah terdaftar resmi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Jangan pinjam di lembaga yang tidak jelas asal usul dan operasionalnya. Begitu pula dengan pinjaman online (pinjol) ilegal. 

(age/age)

CNNI


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maulid Ad Daibai : Bukti Cinta Dan Rasa Rindu pada Nabi.

Waduh, Longsor Hantam Tambang Emas Milik Perusahaan Sandiaga Uno dan Boy Thohir